Hanya di GontorInspirasi dan Motivasi

Buku Yang Harus Dibaca untuk Persiapan Ujian Akhir Kelas 6 KMI: 99 Buku!!

Ini mah hanya cerita dari sudut wali santri, bisa jadi kurang detail tapi ya beginilah yang dirasakan orang tua. Mungkin sama yang dirasakan wali santri lain. Tentang “behind the heart” (pengganti istilah behind the scene 😄) ujian akhir anak kelas akhir Gontor. Fisik kami tidak merasakan ujian di sana tapi hati ini seperti berdetak lebih cepat dibanding anak yang menempuh ujian.

Kemarin anak yang kelas 6 telpon. Seperti biasa saling melepas rindu dan cerita banyak. Dia menceritakan bahwa dia mendapat giliran ujian lisan dimulai hari ahad ini (17 Februari 2019). Seperti biasa default advice saat ditelepon: “Semangat ya Nak”. “Kami percaya Aa bisa”. “Terus berdoa dan tingkatkan”. “Ayah Bunda tidak menuntut nilai tapi menuntut usaha yang sungguh-sungguh dari Aa, selanjutnya biar Allah yang menentukan”. “Jaga kesehatan”. “Jangan mencari masalah”, bla bla bla. Pesan yang selalu terulang setiap menelepon. Ternyata pesan atau nasehat yang berulang itu, menurut Bunda Kurnia, Trainer Parenting Nasional, adalah justru adalah satu tugas orangtua yang tidak boleh dirasakan bosan untuk disampaikan, sampai kapanpun.

Kembali di cerita anak, bahwa amaliah tadris (praktek mengajar) sudah dilakoninya pekan kemarin (tentang “seremnya” amaliah tadris bisa dibaca di sini). Menurutnya, dia insya Allah pede akan yang ini. Nah menghadapi ujian lisan yang berlangsung 11 hari (7 hari efektif diselingi istirahat dan pemantapan) dan ujian tulisan yang beberapa hari setelahnya, membuat dia lumayan tegang (walau dari nada suaranya ga terdengar tegang). Tegangnya bisa jadi karena momen seperti ini, momen yang membuat dia sebentar lagi jika diizinkan Allah berpredikat alumni, adalah momen yang sangat krusial. Momen yang sering dia impi-impikan saat masih di kelas-kelas bawah. Melihat kakak-kakak kelasnya yang kelas 6 terasa sungguh keren dan membayang-bayangkan kapan dia bisa seperti itu. Dan saat ini dia di sana dan ternyata masih ada tembok yang lebih tinggi yang harus dipanjat. Kesungguh-sungguhan dan kehati-hatian harus ekstra.

Si Sulung bertanya,”Yah tahu ga ada berapa buku yang harus kami baca untuk persiapan ujian akhir ini?”. Sebelum dijawab, sy berfikir pasti banyaklah. jika di SMA dulu satu pelajaran satu atau dua buku kemudian ada paling sepuluh atau belasan pelajaran, saya menghitung-hitung kalo dipesantren yang pelajarannya lebih banyak mungkin di sekitar angka 30-50 buku. Sebelum terucap, si Sulung menjawab sendiri, “99 buku Yah”. 😱😱😱

“99 buku harus dibaca untuk sederet ujian yang hanya essay dan tidak ada pilihan ganda?!😱 😱” Angka keramat dan juga sekaligus “mengerikan”. Mendengar ini sepertinya kami, orangtua, yang butuh semangat dan motivasi untuk “ikhlas” yang ga bisa membantu apa-apa selain doa 😁.

Praktis bagi sebagian anak-anak kelas 6 hanya bisa memulai fokus dalam mempersiapkan ujian ini saat sudah tidak lagi memegang jabatan OPPM. Itu pun baru di pertengahan bulan kemarin. Hanya sekitar satu bulan lebih! Belum lagi persiapan ujian prakter mengajar tadi. Kita wali santri, yang belum mengecap pendidikan di Gontor pasti hanya bisa membayangkan ketegangan. Kami juga terbayang jika di sekolah umum yang hanya 3 pelajaran yang akan menentukan kelulusan membuat banyak murid dan orang tua yang jantungnya berpacu cepat, biaya yang besar untuk bimbel, emosi ekstra sabar untuk mendorong anak agar fokus, belum lagi ditambah godaan-godaan kekinian seperti gadget, internet bahkan pergaulan bebas yang menghantui. Maka membayangkan apa yang anak kita hadapi di pondok, terutama kami yang bukan alumni, tentulah memicu adrenalin yang tinggi

Tapi ternyata tidak persis begitu bagi santri Gontor. Gontor sudah mendesain bahwa ujian di pondok itu adalah untuk belajar, bukan belajar untuk ujian. Setiap hari bagi mereka adalah ujian. Setiap hari ada evaluasi yang salah satu resikonya bisa sampai dikeluarkan dari Pondok. Maka mobilitas atau bergerak cepat adalah nafas Gontor. Lelet atau santai bukan opsi. 99 buku yang harus dibaca bukan lagi momok bagi mereka. Tapi satu salah langkah atau kesilapan kecil yang merupakan “dosa besar” di Gontor walau sedikit di ujung-ujung masa pendidikan bisa menjadi mimpi buruk bagi mereka.

Kami tidak berani mengatakan pendidikan Gontorlah yang terbaik, karena selain suatu bentuk kesombongan, juga karena kami belum melihat dunia pendidikan lain secara komprehensif. Mungkin ada yang lebih baik. Tapi walaubagaimanapun adalah suatu kebanggaan, terutama bagi kami, berkesempatan menitipkan anak di Gontor, melihat perkembangan anak yang dirasakan, hanya syukur yang bisa terucap.

Breaking News! Walsantor News kini hadir dengan fitur dan penampilan lebih segar dan lengkap untuk peneman ayah bunda sebagai alternatif sumber inspirasi dan motivasi. Selain info kegontoran, kini Walsantor News dilengkapi Kolom Ustadz Oky yang tulisannya selalu menginspirasi, streaming radio Suargo, MQ FM Bandung, Radio QU Cirebon, juga ada rubrik keluarga, tokoh-tokoh islam, pengetahuan populer, juga bisa streaming beberapa video-video dan film-fim inspirasi keluarga. Silahkan dibookmark alamat webnya untuk bisa dibuka setiap hari. Mudah-mudahan bermanfaat.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Mohon matikan adblock Anda, karena untuk maintenance web ini kami hanya mendapat dari iklan